Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut (LLA)


Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut (LLA) yang saya tulis berikut akan sangat bermanfaat bagi teman-teman akademi keperawatan yang sedang mencari askep leukemia limfositik akut. Di askep ini saya juga telah menyertakan daftar pustakanya jadi akan lebih memudahkan dalam pembuatan askep, namun untuk patofisologinya tidak saya sertakan, silahkan dikembangkan sendiri agar lebih mudah memahami apa yang telah didapat di artikel ini.

A. Pengertian Leukemia Limfositik Akut atau LLA
Leukemia Limfositik Akut atau LLA merupakan
tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal akan berkembang menjadi limfosit, pada LLA berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik akut merupakan proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik.

B. Faktor Penyebab Leukemia Limfositik Akut atau LLA
  1. Faktor eksogen
    • Sinar x, sinar radioaktif.
    • Hormon.
    • Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent.
  2. Faktor endogen
    • Ras, orang kulit hitam lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam.
    • Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).
    • Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur.
C. Patofisiologi Leukemia Limfositik Akut atau LLA
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.

Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.)

Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.

D. Tanda dan Gejala Leukemia Limfositik Akut atau LLA
Gejala dan tanda atau manifestasi klinik dari leukemia limfositik akut antara lain:
  1. Pilek tak sembuh-sembuh
  2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
  3. Demam, anoreksia, mual, muntah
  4. Berat badan menurun
  5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
  6. Nyeri tulang dan persendian
  7. Nyeri abdomen
  8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
  9. Abnormalitas WBC
  10. Nyeri kepala
E. Pemeriksaan Diagnostik Pada Leukemia Limfositik Akut
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan leukemia limfosik akut adalah:
  1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
    • Ditemukan sel blast yang berlebihan
    • Peningkatan protein
    • Pemeriksaan darah tepi
      • Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
      • Peningkatan asam urat serum
      • Peningkatan tembaga (Cu) serum
      • Penurunan kadar Zink (Zn)
      • Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
  2. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
  3. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
  4. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
    • Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
    • Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
    • Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil
F. Pengobatan Pada Leukemia Limfositik Akut
  1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
  2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
  3. Sitostatika
    Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
    Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
  4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
  5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
  6. Cara pengobatan
    Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
    • Induksi
      Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba- gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
    • Konsolidasi
      Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
    • Rumat (maintenance)
      Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
    • Reinduksi
      Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi se- lama 10-14 hari.
    • Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
      Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400-2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
    • Pengobatan imunologik
      Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
G. Pathways Tidak bisa ditampilkan, silahkan membuat sendiri..

H. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut atau LLA
  1. Intoleransi aktivitas
  2. Resiko tinggi infeksi
  3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
  4. Resiko cedera (perdarahan)
  5. Resiko kerusakan integritas kulit
  6. Nyeri
  7. Resiko kekurangan volume cairan
  8. Berduka
  9. Kurang pengetahuan
  10. Perubahan proses keluarga
  11. Gangguan citra diri / gambaran diri
I. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut
  1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
    • Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.
    • Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
    • Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
    • Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
    • Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
    • Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
    • Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
    • Jika diprogramkan, berikan packed RBC
  2. Mencegah terjadinya infeksi
    • Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.
    • Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka:
      • Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
      • Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan
      • Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
      • Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
      • Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
      • Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering
      • Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari
      • Berikan terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
      • Yakinkan pemberian makanan yang bergizi
  3. Mencegah cidera (perdarahan)
    • Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus
    • Pantau tanda vital dan nilai trombosit
    • Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
    • Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
    • Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
    • Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit
  4. Memberikan nutrisi yang adekuat
    • Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
    • Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
    • Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi
    • Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari
    • Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
    • Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan
  5. Mencegah kekurangan cairan
    • Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
    • Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
    • Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
    • Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
    • Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
  6. Antisipasi berduka
    • Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
    • Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
    • Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling
    • Fasilitasi express feeling melalui permainan
    • Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:
      • Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan
      • Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
      • Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
      • Mengatasi kecemasan
      • Pemberian nutrisi
      • Pengobatan dan efek samping pengobatan
  7. Meningkatkan peran keluarga
    • Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
    • Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR
    • Dorong keluarga untuk express feelings
    • Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak
  8. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri
    • Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
    • Berikan informasi yang mendukung pasie (misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)
    • Dukung interaksi sosial / peer group
    • Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Sistem Saraf